Jumat, 18 Februari 2011

AIR ADALAH KEHIDUPAN

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. ΛLLΛH Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui". (QS Al-Baqarah: 216)

SUMUR ZAM-ZAM DAN FAKTA DIBALIKNYA
Selama ini kita mengenal sumur Zamzam dari buku-buku agama. Namun sebenarnya ada sisi ilmiah saintifiknya juga looh. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang air adalah hydrogeologi.
Khasiat air Zam-zam tentunya bukan disini yang mesti menjelaskan, tapi kalau dongengan geologi sumur Zam-zam mungkin bisa dijelaskan disini. Sedikit cerita Pra-Islam, atau sebelum kelahiran Nabi Muhammad, diawali dengan kisah Isteri dari Nabi Ibrahim, Siti Hajar, yang mencari air untuk anaknya yang cerita. Sumur ini kemudian tidak banyak atau bahkan tidak ada ceritanya, sehingga sumur ini dikabarkan hilang.
Sumur Zam-zam yang sekarang ini kita lihat adalah sumur yang digali oleh Abdul Muthalib kakeknya Nabi Muhammad. Sehingga saat ini, dari “ilmu persumuran” maka sumur Zam-zam termasuk kategori sumur gali (Dug Water Well).
Dimensi dan Profil Sumur Zam-zam
Bentuk sumur Zam-zam
Sumur ini memiliki kedalaman sekitar 30.5 meter. Hingga kedalaman 13.5 meter teratas menembus lapisan alluvium Wadi Ibrahim. Lapisan ini merupakan lapisan pasir yang sangat berpori. Lapisan ini berisi batupasir hasil transportasi dari lain tempat. Mungkin saja dahulu ada lembah yang dialiri sungai yang saat ini sudah kering. Atau dapat pula merupakan dataran rendah hasil runtuhan atau penumpukan hasil pelapukan batuan yang lebih tinggi topografinya.

Mata air zamzam

Dibawah lapisan alluvial Wadi Ibrahim ini terdapat setengah meter (0.5 m) lapisan yang sangat lulus air (permeable). Lapisan yang sangat lulus air inilah yang merupakan tempat utama keluarnya air-air di sumur Zam-zam.
Mata air zamzam
Kedalaman 17 meter kebawah selanjutnya, sumur ini menembus lapisan batuan keras yang berupa batuan beku Diorit. Batuan beku jenis ini (Diorit) memang agak jarang dijumpai di Indonesia atau di Jawa, tetapi sangat banyak dijumpai di Jazirah Arab. Pada bagian atas batuan ini dijumpai rekahan-rekahan yang juga memiliki kandungan air. Dulu ada yang menduga retakan ini menuju laut Merah. Tetapi tidak ada (barangkali saja saya belum menemukan) laporan geologi yang menunjukkan hal itu.
Dari uji pemompaan sumur ini mampu mengalirkan air sebesar 11 - 18.5 liter/detik, hingga permenit dapat mencapai 660 liter/menit atau 40 000 liter per jam. Celah-celah atau rekahan ini salah satu yang mengeluarkan air cukup banyak. Ada celah (rekahan) yang memanjang kearah hajar Aswad dengan panjang 75 cm denga ketinggian 30 cm, juga beberapa celah kecil kearah Shaffa dan Marwa.
Keterangan geometris lainnya, celah sumur dibawah tempat Thawaf 1.56 m, kedalaman total dari bibir sumur 30 m, kedalaman air dari bibir sumur = 4 m, kedalaman mata air 13 m, Dari mata air sampai dasar sumur 17 m, dan diameter sumur berkisar antara 1.46 hingga 2.66 meter.

Air hujan sebagai sumber berkah
Kota Makkah terletak di lembah, menurut SGS (Saudi Geological Survey) luas cekungan yang mensuplai sebagai daerah tangkapan ini seluas 60 Km2 saja, tentunya tidak terlampau luas sebagai sebuah cekungan penadah hujan. Sumber air Sumur Zam-zam terutama dari air hujan yang turun di daerah sekitar Makkah.
Sumur ini secara hydrologi hanyalah sumur biasa sehingga sangat memerlukan perawatan. Perawatan sumur ini termasuk menjaga kualitas higienis air dan lingkungan sumur serta menjaga pasokan air supaya mampu memenuhi kebutuhan para jamaah **** di Makkah. Pembukaan lahan untuk pemukiman di seputar Makkah sangat ditata rapi untuk menghindari berkurangnya kapasitas sumur ini.
lokasi sumur Zamzam
lokasi sumur Zamzam yang terletak ditengah lembah yang memanjang. Masjidil haram berada di bagian tengah diantara perbukitan-perbukitan disekitarnya. Luas area tangkapan yang hanya 60 Km persegi ini tentunya cukup kecil untuk menangkap air hujan yang sangat langka terjadi di Makkah, sehingga memerlukan pengawasan dan pemeliharaan yang sangat khusus.
Sumur Zamzam ini, sekali lagi dalam pandangan (ilmiah) hidrogeologi , hanyalah seperti sumur gali biasa. Tidak terlalu istimewa dibanding sumur-sumur gali lainnya. Namun karena sumur ini bermakna religi, maka perlu dijaga. Banyak yang menaruh harapan pada air sumur ini karena sumur ini dipercaya membawa berkah. Ada yang menyatakan sumur ini juga bisa kering kalau tidak dijaga. Bahkan kalau kita tahu kisahnya sumur ini diketemukan kembali oleh Abdul Muthalib (kakeknya Nabi Muhammad SAW) setelah hilang terkubur 4000 tahun (?).
Dahulu diatas sumur ini terdapat sebuah bangunan dengan luas 8.3 m x 10.7 m = 88.8 m2. Antara tahun 1381-1388 H bangunan ini ditiadakan untuk memperluas tempat thawaf. Sehingga tempat untuk meminum air zamzam dipindahkan ke ruang bawah tanah. Dibawah tanah ini disediakan tempat minum air zam-zam dengan sejumlah 350 kran air (220 kran untuk laki-laki dan 130 kran untuk perempuan), ruang masuk laki perempuan-pun dipisahkan.
Monitoring dan pemeliharaan sumur Zamzam
Saat ini bangunan diatas sumur Zam-Zam yang terlihat gambar diatas itu sudah tidak ada lagi, bahkan tempat masuk ke ruang bawah tanah inipun sudah ditutup. Sehingga ruang untuk melakukan ibadah Thawaf menjadi lebih luas. Tetapi kalau anda jeli pas Thawaf masih dapat kita lihat ada tanda dimana sumur itu berada. Sumur itu terletak kira-kira 20 meter sebelah timur dari Ka’bah.

Monitoring dan pemeliharaan sumur Zamzam

Jumlah jamaah ke Makkah tiga puluh tahun lalu hanya 400 000 pertahun (ditahun 1970-an), terus meningkat menjadi lebih dari sejuta jamaah pertahun di tahun 1990-an, Dan saat ini sudah lebih dari 2.2 juta. Tentunya diperlukan pemeliharaan sumur ini yang merupakan salah satu keajaiban dan daya tarik tersendiri bagi jamaah haji.
Pemerintah Saudi tentunya tidak dapat diam pasrah saja membiarkan sumur ini dipelihara oleh Allah melalui proses alamiah. Namun pemerintah Arab Saudi yang sudah moderen saat ini secara ilmiah dan saintifik membentuk sebuah badan khusus yang mengurusi sumur Zamzam ini. Sepertinya memang Arab Saudi juga bukan sekedar percaya saja dengan menyerahkan ke Allah sebagai penjaga, namun justru sangat meyakini manusialah yang harus memelihara berkah sumur ini.
Sistem Pompa
Pada tahun 1971 dilakukan penelitian (riset) hidrologi oleh seorang ahli hidrologi dari Pakistan bernama Tariq Hussain and Moin Uddin Ahmed. Hal ini dipicu oleh pernyataan seorang doktor di Mesir yang menyatakan air Zamzam tercemar air limbah dan berbahaya untuk dikonsumsi. Tariq Hussain (termasuk saya dari sisi hidrogeologi) juga meragukan spekulasi adanya rekahan panjang yang menghubungkan laut merah dengan Sumur Zam-zam, karena Makkah terletak 75 Kilometer dari pinggir pantai. Menyangkut dugaan doktor mesir ini, tentusaja hasilnya menyangkal pernyataan seorang doktor dari Mesir tersebut, tetapi ada hal yang lebih penting menurut saya yaitu penelitian Tariq Hussain ini justru akhirnya memacu pemerintah Arab Saudi untuk memperhatikan Sumur Zamzam secara moderen. Saat ini banyak sekali gedung-gedung baru yang dibangun disekitar Masjidil Haram, juga banyak sekali terowongan dibangun disekitar Makkah, sehingga saat ini pembangunannya harus benar-benar dikontrol ketat karena akan mempengaruhi kondisi hidrogeologi setempat.
Badan Riset sumur Zamzam yang berada dibawah SGS
(Saudi Geological Survey) bertugas untuk:
  • Memonitor dan memelihara untuk menjaga jangan sampai sumur ini kering.
  • Menjaga urban disekitar Wadi Ibrahim karena mempengaruhi pengisian air.
  • Mengatur aliran air dari daerah tangkapan air (recharge area).
  • Memelihara pergerakan air tanah dan juga menjaga kualitas melalui bangunan kontrol.
  • Meng-upgrade pompa dan dan tangki-tangki penadah.
  • Mengoptimasi supplai dan distribusi airZam-zam
Perkembangan perawatan sumur Zamzam.
Dahulu kala, zamzam diambil dengan gayung atau timba, namun kemudian dibangunlah pompa air pada tahun 1373 H/1953 M. Pompa ini menyalurkan air dari sumur ke bak penampungan air, dan diantaranya juga ke kran-kran yang ada di sekitar sumur zamzam.
Uji pompa (pumping test) telah dilakukan pada sumur ini, pada pemompaan 8000 liters/detik selama lebih dari 24 jam memperlihatkan permukaan air sumur dari 3.23 meters dibawah permukaan menjadi 12.72 meters dan kemudian hingga 13.39 meters. Setelah itu pemompaan dihentikan permukaan air ini kembali ke 3.9 meters dibawah permukaan sumur hanya dalam waktu 11 minut setelah pompa dihentikan. Sehingga dipercaya dengan mudah bahwa akifer yang mensuplai air ini berasal dari beberapa celah (rekahan) pada perbukitan disekitar Makkah.
Banyak hal yang sudah dikerjakan pemerintah Saudi untuk memelihara Sumur ini antara lain dengan membentuk badan khusus pada tahun 1415 H (1994). dan saat ini telah membangun saluran untuk menyalurkan air Zam-zam ke tangki penampungan yang berkapasitas 15.000 m3, bersambung dengan tangki lain di bagian atas Masjidil Haram guna melayani para pejalan kaki dan musafir. Selain itu air Zam-zam juga diangkut ke tempat-tempat lain menggunakan truk tangki diantaranya ke Masjidil Nabawi di Madinah Al-Munawarrah.
Saat ini sumur ini dilengkapi juga dengan pompa listrik yang tertanam dibawah (electric submersible pump). Kita hanya dapat melihat foto-fotonya saja seperti diatas. Disebelah kanan ini adalah drum hidrograf, alat perekaman perekaman ketinggian muka air sumur Zamzam (Old style drum hydrograph used for recording levels in the Zamzam Well).
Kandungan mineral
Tidak seperti air mineral yang umum dijumpai, air Zamzam in memang unik mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 mg perliter. Biasanya air mineral alamiah (hard carbonated water) tidak akan lebih dari 260 mg per liter. Elemen-elemen kimiawi yang terkandng dalam air Zamzam dapat dikelompokkan menjadi
Yang pertama, positive ions seperti misal sodium (250 mg per litre), calcium (200 mg per litre), potassium (20 mg per litre), dan magnesium (50 mg per litre).
Kedua, negative ions misalnya sulphur (372 mg per litre), bicarbonates (366 mg per litre), nitrat (273 mg per litre), phosphat (0.25 mg per litre) and ammonia (6 mg per litre).

Molekul air zam zam

Kandungan-kandungan elemen-elemen kimiawi inilah yang menjadikan rasa dari air Zamzam sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus. Air yang sudah siap saji yang bertebaran disekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah merupakan air yang sudah diproses sehingga sangat aman dan segar diminum, ada yang sudah didinginkan dan ada yang sejuk (hangat). Namun konon prosesnya higienisasi ini tidak menggunakan proses kimiawi untuk menghindari perubahan rasa dan kandungan air ini

Waktu adalah Kehidupan

Rahasia Waktu

[ al-Mu`minun: 112-114 ]

"Allah bertanya, `Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab, Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, `Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kalian benar-benar mengetahui."
Ulama Al-Maraghi memberi penjelasan yang amat lugas dalam tafsirnya. Menurutnya, pertanyaan Allah kepada para penghuni neraka itu merupakan celaan dan penghinaan. Maksudnya supaya jelas bagi mereka bahwa kehidupan dunia yang mereka kira panjang sesungguhnya sangat singkat. Apalagi jika dibandingkan dengan azab berkepanjangan yang tengah mereka `nikmati'. Ini akibat ketika di dunia, mereka lalai akan akhirat dan tidak mempergunakan waktu dan kehidupannya sesuai hakikatnya.
Hasan Al-Bana pernah mengatakan, "Waktu adalah kehidupan. Menyia-nyiakan waktu berarti menyia-nyiakan kehidupan." Begitu pentingnya waktu, sampai Allah bersumpah dengan waktu. "Wal `ashr, demi masa," kata Allah dalam surat al-Ashr. Betapa Allah juga mementingkan waktu melalui sumpahnya yang lain dengan menggunakan satuan waktu yang lebih beragam. Misalnya, walfajri, demi waktu fajar (al-Fajr:1), wadhdhuha, demi waktu dhuha (Adh-Dhuha:1), wallaili, demi waktu malam (asy-Syams:3), wannahari, demi waktu siang (asy-Syams: 4).
Sesungguhnya di balik perhatian Allah terhadap waktu terdapat pesan penting buat manusia, yaitu agar mereka juga memperhatikan dan mempergunakan waktu sebagaimana mestinya yakni dengan beribadah secara total dan ikhlas kepada-Nya. Tentu saja untuk bisa memperlakukan waktu dengan semestinya itu harus ada pemahaman yang benar tentang keberadaan dan hakikatnya bagi kehidupan manusia.
Hal ini penting karena, ternyata dimensi waktu al-Qur'an dan akhirat sangat berbeda dengan dimensi waktu yang dijalani manusia di dunia. Dengan mengetahui perbedaan dimensi itu seorang Muslim akan lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupannya, karena ia pasti akan memasuki waktu akhirat sebagai tempat pembalasan.
Azab yang Mutlak
Dimensi waktu tidak berlaku pada Allah. Dia tidak mengenal adanya siang dan malam, masa sekarang, masa yang telah lewat maupun masa yang akan datang. Allah pun tidak berkembang, berkurang, menyusut ataupun berubah. Dia tidak mengenal masa kanak-kanak dan kemudian beranjak dewasa lalu akhirnya menjadi tua. Dia tidak berawal dan tidak berakhir.
Waktu adalah sebuah makhluk ciptaan Allah yang paling unik. Karenanya, Dia Maha Ada sebelum adanya semua makhluk di jagat raya ini, dan Maha Kekal serta Maha Abadi setelah hancur leburnya seluruh makhluk pada hari akhir (qiyamat nanti). Allah sudah ada sebelum `waktu' diciptakan, dan Dia akan tetap ada meskipun `waktu' sudah tak berlaku lagi. Sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya, "Dialah yang Maha Pertama dan Maha Terakhir." (al-Hadid:3)
Maka ketika al-Qur'an menyebutkan Allah itu sebagai dzat Yang Pertama dan Yang Terakhir, bukan berarti Dia ada masa permulaan masa berakhirnya. Karena, bagi Allah tidak ada istilah sebelum atau sesudah.
Allah Maha Hidup dalam eksistensi-Nya yang abadi. Sedangkan manusia baru hidup ketika ia dilahirkan kemarin. Dan kini ia menjalani kehidupan itu serta hari esok yang akan ditempuhnya. Adapun sejarah kehidupan manusia, diwarnai oleh berbagai peristiwa dan kejadian, pada dasarnya telah tertulis serta terangkum dalam al-Qur'an. Semuanya sudah tercatat sebelum penciptaan alam ini dalam ilmu Allah. Sebagaimana firman Allah kepada Nabi Musa `Alaihis salaam: "Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah." (Ibrahim:5)
Yang dimaksud dengan hari-hari Allah adalah berbagai peristiwa yang sudah terjadi pada ummat-ummat terdahulu. Baik peristiwa berupa kejayaan atau kehancuran, kenikmatan ataupun siksaan yang mereka alami. Seperti bencana banjir yang dialami oleh ummat Nabi Nuh As. Angin topan yang menimpa kaum `Aad dan Tsamud. Gempa bumi yang menimpa kaum Sodom dan Gomorah (kaum Nabi Luth As) dan lain sebagainya. Semua peristiwa ini terekam dengan jelas dalam sejarah ummat manusia. Tinggal manusia, apakah mereka mau mengambil pelajaran atau semata-mata menjadikannya dongeng alias hikayat.
Bagi Allah, sama saja antara masa yang akan terjadi besok ataupun seratus tahun lagi. Karenanya tidak heran kalau dalam al-Quran, Allah menyebutkan segala peristiwa yang akan terjadi pada hari qiyamat kelak dengan kata kerja berbentuk keterangan lampau (madhi, past tense). Padahal peristiwa tersebut baru akan terjadi di masa mendatang. Sebagaimana firmannya, "Kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu kami kumpulkan mereka itu semuanya." (Al-Kahfi:99)
Dalam ayat itu kata nufikha (meniup) dan jama'naa (kami kumpulkan) adalah kata kerja berbentuk lampau.
Juga firman-Nya, "Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi." (Az-Zumar:68)
Seluruh peristiwa yang disebutkan dalam al-Qur'an itu sebenarnya baru akan terjadi kelak di hari kiamat. Namun ketika Allah menyebutkannya dengan menggunakan kata kerja berbentuk lampau, di dalamnya pasti terkandung rahasia. Yaitu bahwa semua yang diberitakan itu merupakan sesuatu yang mutlak dan pasti terjadi. Sehingga tidak boleh ada keraguan sedikitpun.
Ini merupakan suatu bukti, bahwa Allah itu Maha Tinggi serta Maha Mulia dari keterbatasan dimensi waktu dan tempat (ruang). Dia adalah dzat yang memberlakukan waktu dan masa kepada semua makhluknya, hingga Maha Suci Allah dari keterikatan dengan waktu.
Satu Berbanding Seribu
Al-Qur'an menjelaskan, Allah memberlakukan waktu yang berbeda atas tiap-tiap jenis makhluknya. Umpamanya, satu hari bagi malaikat Jibril As itu sama dengan 50 ribu tahun lamanya bagi makhluk yang bernama manusia. Al-Qur'an menerangkan hal ini dengan firman-Nya, "Para malaikat dan malaikat Jibril naik kepada Allah dalam sehari yang ukurannya sama dengan 50 ribu tahun (ukuran manusia)." (Al-Ma'arij: 4)
Sementara itu, ayat lain menjelaskan, satu hari bagi para malaikat sama dengan seribu tahun lamanya bagi manusia. Sebagaimana firman-Nya, "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi kemudian urusan itu naik (dibawa oleh malaikat) kepadanya dalam satu hari, yang ukuran lamanya seribu tahun menurut perhitunganmu." (as-Sajdah: 5)
Allah juga mengisyaratkan, "Sesungguhnya sehari di sisi Rabbmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung." (Al-Hajj:47)
Apabila seseorang meninggal dunia kemudian nanti dibangkitkan kembali, maka sebenarnya ia keluar dari satu lorong waktu ke lorong waktu yang lain. Oleh karena itu, sangat luar biasa bahwa ribuan tahun waktu yang dijalani oleh manusia, baik itu dalam kubur ataupun hidup di dunia yang fana ini, hal itu bagi Allah hanyalah satu hari atau sekejap saja.
Dalam hal ini, Allah juga telah mengisyaratkan dalam firman-Nya, "Dan pada hari terjadinya qiyamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja). Seperti itulah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). Sedangkan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan berkata kepada orang-orang kafir, `Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah sampai hari kebangkitan. Maka inilah hari kebangkitan itu, akan tetapi kamu selalu tidak meyakininya." (Ar-Rum:55-56)
Di ayat lain Allah berfirman, "Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (dimana mereka merasa) seolah-olah tidak tinggal di dunia melainkan sesaat pada siang hari. Inilah suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasiq." (Al-Ahqaf: 35) Dalam ayat lain disebutkan hanya sebatas waktu sore atau pagi. (An-Naazi'aat:46)
Maka jelaslah sudah, bahwa berabad-abad lamanya kehidupan di dunia ini jika dibandingkan dengan saat kebangkitan dari kubur itu hanya satu hari, atau setengah hari dan bahkan hanya beberapa saat saja.
Dewasa ini, keanekaragaman lorong waktu itu bisa dijelaskan lewat teori relativitas Albert Einstein, yang dikembangkan terus oleh ilmuwan lainnya. Setiap susunan tata surya di alam ini mempunyai kronologi waktunya sendiri. Teori ini membuktikan bahwa memang ada perbedaan waktu dalam di antara alam ciptaan Allah, yakni antara alam manusia dan alam malaikat, antara di dunia dan di akhirat.
Kalau manusia kelak akan memasuki alam akhirat, maka dimensi waktu yang berlaku dimensi akhirat yang perbandingannya antara satu berbanding seribu sampai 50 ribu. Bayangkan, bagaimana pedihnya siksaan selama berabad-abad di akhirat (An-Naba: 23), jika perhitungan waktunya harus dikalikan seribu dari perhitungan waktu di dunia. Bila satu hari di akhirat sama dengan seribu hari di dunia, maka siksaan di akhirat itu akan berlangsung selama 24 ribu jam. Kenyataannya sekarang tiga detik saja terkena api, manusia langsung kesakitan.
Akan tetapi Allah juga berkuasa untuk mengubah ketentuan waktu itu kapan saja. Contoh yang paling gamblang adalah kisah Nabi Uzair As yang dibuat tertidur selama seratus tahun dan para pemuda ashabul kahfi selama 309 tahun. Padahal mereka masih berada di alam dunia.
Setiap manusia akan merasakan betapa sebenarnya hidup di dunia, yakni bila mereka sudah berhadapan dengan pembalasan yang akan berlangsung lama. Beruntung kalau balasan itu diberikan kepada manusia beriman, sebab tidak lain itu merupakan kenikmatan tiada tara. Tapi luar biasa ruginya kalau balasan itu diberikan kepada manusia durhaka, sebab tidak lain itu adalah siksaan yang sangat pedih dan abadi.
Wallahu a'lam bishawab.

Dikutip dari : www. hidayatullah.com  - Deka Kurniawan, staf redaksi Suara Hidayatullah



Tanda-tanda Ikhlas Seorang Hamba

1. Tidak mencari popularitas

2. Tidak rindu pujian dan tidak terkecoh pujian

3. Tidak silau dan cinta jabatan

4. Tidak diperbudak imbalan dan balas budi

5. Tidak mudah kecewa